Memperbaiki proses pembentukan suara


Proses Penghasilan Bunyi Suara

Fonasi merupakan proses penghasilan bunyi suara melalui getaran pita suara. Aksi ini terjadi didalam larynx saat pita suara merapat dan tekanan nafas diaplikasikan pada kedua pita suara tersebut sedemikian rupa sehingga menimbulkan getaran. Pita suara dirapatkan oleh aksi otot interarytenoid yang menarik tulang rawan arytenoid sehingga kedua pita suara dapat saling merapat. Terdapat dua teori utama mengenai terjadinya vibrasi pada suara:

1. Teori myoelastik:
Merupakan teori yang menyatakan bahwa pada saat pita suara dalam keadaan rapat dan tekanan nafas diaplikasikan kepadanya, pita suara akan tetap merapat, hingga tekanan dibawahnya (tekanan subglottis) mencukupi untuk mendorongnya merenggang. Aliran udara yang mengalir keluar dan mengakibatkan berkurangnya tekanan nafas & menyebabkan pita suara merapat kembali.

Tekanan kembali dihimpun hingga pita suara dapat direnggangkan kembali, dan siklus ini terus berulang. Besarnya tekanan yang menyebabkan tertutup atau terbukanya pita suara (jumlah getaran perdetik) menentukan tingkat nada dari suara yang dihasilkan.
 
2. Teori aerodynamik:
Teori ini berdasarkan pada Efek Bernouilli yang menyatakan bahwa nafas mengalir melalui glottis pada saat tulang rawan arytenoid dipisahkan oleh aksi otot-ototinterarytenoid.

Menurut Efek Bernouilli, nafas yang mengalir melalui pita suara menyebabkan pita suara tersebut bergetar sebelum arytenoid merapat dengan sempurna. Sewaktuarytenoid tertarik secara bersama hingga merapat, aliran udara ini membuat glottis tertutup dan menghentikan aliran udara hingga tekanan nafas medorong pita suara sampai merenggang dan menyebabkan aliran udara mengalir kembali. Aksi ini menghasilkan suatu siklus yang berulang.

Perbedaan kedua teori diatas hanyalah terletak pada faktor yang menyebabkan pita suara merapat kembali dalam setiap siklusnya. Teori myoelastis memberikan penekanan pada tekanan otot (elastisitas), sedangkan teori aerodinamis memberikan penekanan pada Efek Bernouilli. Sangatlah mungkin kedua teori tersebut benar dan dapat beroperasi secara simultan dalam menghasilkan dan mempertahankan vibrasi.
 
3. Teori Neurochronaxic dari Raoul Husson.
Teori ini sangat terkenal pada era 1950-an, namun belakangan teori ini telah didiskriditkan. Teori ini menyatakan bahwa: “Frekwensi pada pita suara ditentukan olehcronaxy syaraf yang berulang, dan bukan karena tekanan nafas atau tekanan otot”. Penganut teori ini menganggap bahwa setiap vibrasi pada pita suara merupakan impuls dari syaraf-syaraf larynx yang bergetar dan bahwa pusat akustik pada otak diatur oleh kecepatan vibrasi pita suara yang dihasilkan. Jika benar, maka teori ini memiliki keuntungan psikologis bagi para penyanyi, sayangnya teori ini tidak pernah disyahkan.
 
Karakter Bunyi Suara Yang Baik

Sebuah prasyarat dalam menentukan kebiasaan fonatori yang baik bagi seorang penyanyi atau pembicara agar dapat memiliki konsep yang valid bagi bunyi suara yang baik. Berikut ini merupakan gambaran ekspresi yang dapat mewakili beberapa karakteristik penting bagi bunyi suara yang baik:

1. Dihasilkan dengan bebas;
2. Menyenangkan untuk didengar;
3. Cukup keras untuk dengar dengan baik;
4. Kaya, berdering dan memiliki beresonansi;
5. Memiliki energi yang mengalir lembut dari satu nada ke nada yang lain;
6. Dihasilkan secara konsisten;
7. Memiliki vibrasi, dinamik dan hidup;
8. Ekspresif.

Berikut ini merupakan daftar karakteristik bunyi suara yang buruk:
1. Tercekik, dipaksakan atau tegang;
2. Melengking, parau;
3. Terlalu keras, menyerupai teriakan atau bentakan;
4. Serak;
5. Mengandung nafas;
6. Lemah, tidak memiliki warna, atau tidak hidup;
7. Dihasilkan secara tidak konsisten;
8. Bergetar atau goyang.

Suara yang indah bermula dari pikiran anda. Jika anda tidak dapat memikirkan sebuah nada yang indah, maka anda tidak akan dapat menghasilkannya. Anda harus belajar untuk membayangkan suatu suara di dalam mata batin anda, serta belajar “mendengarkan”-nya di dalam telinga batin, sebelum anda dapat mewujudkannya.

Cara terbaik untuk mencapai gambaran mental dari suara yang indah adalah dengan mendengarkan beberapa penyanyi terkenal secara tekun. Anda harus terus mendengarkan pertunjukan panggung dan rekaman penyanyi-penyanyi tersebut hingga anda mampu menampilkan gambaran dari penyanyi yang anda dengarkan.

Dengan cara ini diharapkan anda dapat meniru karakteristik suara yang baik, seperti yang telah dijelaskan diatas. Hal terpenting dalam membentuk karakteristik suara yang baik adalah menentukan sebuah “model suara” yang dapat dijadikan sebagai sebuah panutan dalam pencarian anda terhadap kualitas suara yang prima.

Jangan mempolakan diri anda untuk mengimitasi seorang penyanyi tertentu, betapapun baikknya ia menyanyi. Terdapat beberapa alasan mengenai hal ini:

Pertama, atribut fisik anda (seperti ketebalan dan panjang pita suara, ukuran dan bentuk resonator dll.) pasti sangat berbeda dengan penyanyi yang anda tiru, sehingga anda tidak akan dapat mencapai kualitas suara yang serupa tanpa melakukan pemaksaan ataupun peniruan.

Kedua, seorang penyanyi yang matang dengan pengalaman dapat melakukan banyak hal dengan suaranya tanpa harus merusaknya, dan hal ini tidak berlaku untuk penyanyi pemula.

Ketiga, jika anda mempolakan diri anda terlalu serupa dengan seorang penyanyi, anda akan cendrung manjadi imitasi dari penyanyi yang bersangkutan, tanpa memiliki individualitas. Akan lebih bijaksana jika anda mampu memilih sepuluh orang penyanyi yang memiliki katagori suara yang sama dengan anda dan memiliki dan memiliki kelebihan-kelebihan yang dapat anda adopsi sebagai suatu model dalam pembentukan suara anda.

Tiga Fase Dalam Sebuah Nada Musikal

Setiap nada musikal dapat dibagi menjadi tiga fase:
1.       Fase Attack (fase memulai nada);
2.       Fase Sustention (fase penahanan nada); dan
3.       Fase Release (fase pengakhiran nada).

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa ketiga fase ini terdiri dari memulai nada,menahan nada dan mengakhiri nada. Setiap fase fungsi yang penting dan memiliki masalah-masalahnya tersendiri.

  • Fase attack: merupakan fase yang sangat penting dalam menyanyi karena memiliki kecendrungan untuk mempengaruhi dua fase lainnya dalam proses menghasilkan suara. Nada yang dimulai dengan baik akan membuka jalan bagi fase penahanan dan fase pengakhiran nada. Nada yang dimulai dengan cara buruk akan menimbulkan dampak serupa pada fase-fase selanjutnya. Awal yang baik berasal dari dalam pikiran penyanyi yang bersangkutan sebelum ia melakukan aktifitas fisik,  termasuk didalamnya adalah persiapan untuk pitchdengan tepat, kualitas nada yang tepat dan tingkat dinamik yang tepat.

Pitch harus dimulai dengan tepat, tanpa “menyendok” keatas ataupun “tergelincir” kebawah. Untuk dapat melakukannya, seorang penyanyi harus dapat membentuk suatu kebiasaan mendengarkan pitch secara mental sebelum mulai menyanyikan pitchtersebut, dan bukan sewaktu menyanyikannya.

Sebuah attack yang baik harus terlebih dahulu dipersiapkan, baik secara fisik maupun mental. Sebuah attack yang sempurna baru akan terjadi jika mekanisme penunjang nafas dan pita suara terlibat dalam suatu aksi bersama secara simultan dan efisien, tanpa andanya ketegangan yang tidak diperlukan, ataupun pembuangan nafas secara sia-sia. Jenis koordinasi yang “effortless” ini hanya dapat dicapai jika langkah-langkah persiapan telah dilakukan secara matang. Latihlah fase attack anda dengan menggunakan latihan berikut ini:
1.     Tariklah nafas seperti saat anda mulai menguap;
2.     Rasakan adanya pengembangan pada bagian tengah tubuh anda;
3.     Tahan nafas anda begitu paru-paru anda terasa penuh dan nyaman;
4.     Mulailah nada dengan terlebih dahulu memikirkan cara menghasilkannya, tanpa usaha fisik yang berlebihan.

Untuk menghasilkan suara yang baik, tidak diperlukan usaha yang bersifat lokal, seperti menarik perut atas kedalam atau mendorongnya kearah depan. Jika anda telah menarik nafas dengan benar dengan postur yang baik, berarti anda telah menciptakan tunjangan nafas yang cukup untuk menyanyikan setiap nada dalam jangkauan nada (vocal range) anda tanpa perlu melakukan pengaturan kembali secara sengaja.

Yang diperlukan pada tahap ini adalah gambaran mental yang tepat, pitch yang tepat, kualitas nada yang tepat, serta tingkatan dinamik yang diinginkan. Setelah semua itu terpenuhi, maka aksi refleks akan mengambil alih semua kegiatan tersebut. Jika hasilnya tidak seperti yang anda inginkan, berarti terdapat kesalahan dalam persiapan baik mental maupun fisik. Jangan memaksan penggunaan kekuatan otot yang berlebihan sebagai ukuran yang baku dalam menghasilkan suara yang baik. Pikirkanlah terlebih dahulu nada tersebut sebelum anda menyanyikannya.

Dalam sebuah attack yang berimbang dan terkoordinasi, rahang haruslah dapat diturun secara bebas sebelum anda menghasilkan suara. Gerakan rahang yang benar adalah turun kearah bawah baru kemudian digerakkan sedikit kearah belakang. Jangan menekan rahang kearah bawah, mendorongnya kearah depan, atau menguncinya dalam suatu posisi, biarkanlah rahang bergerak dengan bebas.

Jangan memikirkan pita suara anda pada saat anda menyanyi, karena pada dasarnya anda tidak memiliki kendali atas pita suara anda. Akan lebih baik jika anda memikirkan jenis suara yang akan anda hasilkan, dan sensasi apa yang akan anda rasakan pada saat suara seperti itu dihasilkan.

Walaupun fonasi terjadi didalam larynx, ia akan terasa seperti dihasilkan disuatu tempat didalam kepala anda. Beberapa orang penyanyi menyatakan bahwa suara terasa dihasilkan di langit-langit mulut. Hal seperti ini merupakan sensasi yang baik untuk anda coba, karena sensasi seperti itu akan mengalihkan perhatian anda dari pita suara. Dalam pelajaran menyanyi terdapat sebuah pepatah kuno yang berbunyi: “Penyanyi yang baik adalah penyanyi yang tidak memiliki leher”. Pepatah ini cocok untuk menggambarkan apa yang seharusnya dirasakan oleh seorang penyanyi.

  • Fase Sustention dari suatu nada berlangsung dari saat sesudah nada tersebut dimulai dan saat sebelum nada tersebut berakhir. Durasinya tergantung pada nada yang akan dinyanyikan. Menunjang suatu nada berarti menahan nada tersebut selama yang diperlukan. Berarti menopangnya secara fisik dari arah bawah, membuatnya tetap berbunyi, mempertahankannya atau memperpanjangnya, mempertahankan vitalitas yang terdapat didalamnya. Hal inilah yang seharusnya terjadi selama fase penahanan, dimana energi yang digunakan untuk memulai suara tersebut harus tetap mengalir.

Mekanisme pernafasan harus melakukan tunjangan terhadap suara dari arah bawah tubuh. Vitalitas suara yang mendapat tunjangan tersebut haruslah tetap terjaga dan terfokus pada suatu tempat di kepala anda. Sebuah suara yang mendapat tunjangan harus tetap berada dalam keadaan stabil dan konsisten, tidak bergoyang, tidak mengalami perubahan dalam kualitas maupun tingkat dinamik, kecuali dalam merespon tuntutan ekspesif dalam musik.

Hal penting yang harus diingat oleh seorang penyanyi adalah: jangalah sekali-kali menyanyikan nada dengan melakukan sentakan pada nafas. Ada dua faktor yang dapat membantu anda dalam memastikan bahwa energi yang anda hasilkan stabil:
1.      Pertahankan pengembangan didaerah tengah tubuh selama anda menyanyikan suatu nada;
2.     Pertahankan postur yang baik dengan cara berdiri tegap dengan punggung yang meregang.

Sebuah ketegangan berimbang yang terjadi antara otot-otot yang digunakan untuk menghirup nafas dan otot-otot yang digunakan untuk menghembuskan nafas hanya akan terjadi jika anda telah dapat menerapkan postur dan pernafasan yang baik. Hubungan dinamis ini (disebut sebagai tunjangan nafas) merupakan faktor yang penting dalam melakukan tunjangan pada suara.

Saat melakukan penunjangan pada sebuah nada, bayangkanlah bahwa suara yang anda hasilkan mengalir bebas keluar dari tubuh anda, namun nafas anda seakan tetap tertinggal didalam tubuh anda. Pada kenyataannya, nafas pasti akan mengalir keluar dari tubuh anda, namun harus selambat mungkin. Bayangkan anda tengah berada dalam posisi menghirup nafas sewaktu anda menyanyikan suatu nada, ini akan membantu memperlambat keluarnya nafas dan mempertahankan pengembangan pada bagian tengah tubuh anda. Tenggorokan anda harus terasa rileks dan terbuka dari bagian atas hingga bagian bawahnya. Untuk mendapatkan perasaan seperti itu, pertahankanlah posisi awal menguap. Langit-langit mulut anda harus terasa bergetar seperti jika anda tengah bersenandung. Sensasi ini akan mempengaruhi kualitas suara dan efisiensi dari aksi pita suara anda.

Tidak perlu melakukan gerakan pada lidah, bibir atau rahang sewaktu melakukan penahanan pada sebuah nada tunggal. Artikulator hanya aktif pada fase pemulaian dan pengakhiran nada, bukan pada fase penahanan nada. Jika suara sudah mulai dihasilkan, lidah, bibir dan rahang telah selesai melakukan tugas utamanya, dalam fase penahanan mereka akan beristirahat hingga tiba fase pengakhiran nada. Salah satu ciri dari penyanyi yang belum berpengalaman adalah melakukan perubahan postur dari alat-alat pengucapannya pada saat menahan sebuah nada. Aksi ini dapat menimbulkan ketegangan yang tidak perlu serta menimbulkan efek yang buruk bagi huruf hidup yang tengah dinyanyikan.

  • Fase Release. Fase pengakhiran sebuah nada memiliki durasi yang sangat singkat dan harus dilakukan secara tegas dan tepat. Fase ini tidak boleh diabaikan, diperlambat atau dipercepat karena fase ini harus dilakukan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang benar. Pada kenyataannya, sebuah nada harus diakhiri, namun bukan dengan cara menghilang atau berhenti karena kehabisan energi. Tunjangan nafas yang digunakan untuk memperpanjang nada harus tetap dilanjutkan hingga fase pelepasan nada ini selesai. Jangan biarkan tunjangan anda mengendur sebelum suara selesai dinyanyikan, jika terjadi, hal ini akan mempengaruhi pitch dan kualitas nada yang anda hasilkan.
Jangan mendahului sebuah release. Berpikir untuk mengakhiri nada terlalu cepat akan menyebabkan tunjangan nafas menjadi terlalu cepat rileks, atau menyebabkan tenggorokan anda menyempit dalam persiapannya untuk menghasilkan sebuah huruf konsonan.

Sebuah release yang baik seharusnya dilakukan pada saat akhir secara cepat, bersih dan tepat. Lemahnya musikalitas seorang penyanyi merupakan penyebab utama darirelease yang buruk. Salah satu keahlian yang harus dimiliki seorang penyanyi adalah kemampuan untuk menghitung nada dengan tepat, karena hanya dengan cara ini ia dapat mengetahui kapan saatnya ia harus memulai, memperpanjang dan mengakhiri sebuah nada.

Sebagian besar kata dalam bahasa Inggris berakhir dengan huruf konsonan, karenanya konsonan dalam kata berbahasa inggis memiliki fungsi yang sangat vital dalam melakukan release. Sebuah release akan terdengar baik jika sebuah huruf konsonan akhir dapat diucapkan dengan cepat, tegas dan tepat pada waktunya. Sayangnya, banyak penyanyi yang tidak mengindahkan konsonan akhir, sehingga jarang sekali mereka menggunakan energi atau kelincahan yang cukup dalam melakukan release.

Sebuah huruf konsonan harus dinyanyikan hingga batas akhir hitungan, kemudian diakhiri dengan cara yang cepat, dan tegas. Bayangkanlah bahwa sebuah konsonan akhir merupakan batas akhir dari suatu nada. Jangan mengantisipasi release saat anda baru saja mulai menyanyikan sebuah huruf hidup, tunggulah dan biarkan nada tersebut berbunyi hingga pada saatnya diakhiri dengan konsonan.

Jangan mencoba untuk menghentikan sebuah nada dengan cara “menjepit” tenggorokan atau dengan memutuskan nafas anda. Sebuah release yang dilakukan dengan cara seperti itu akan menimbulkan ketegangan dan seringkali berakhir dengan suara yang serak. Biarkanlah organ-organ pembentuk suara (bibir, lidah dan rahang) melepaskannya secara alami. Jika sebuah nada berakhir dengan huruf hidup, anda harus tetap mengakhirinya dengan cara yang sama dengan nada yang memiliki huruf akhir konsonan. Teknik menyanyi tidak memiliki cara yang berbeda dalam melakukan dua aksi diatas.

Pada prakteknya, pita suara dan mekanisme penunjang juga melakukan pelepasan suara tepat bersamaan dengan aksi pelepasan yang dilakukan oleh bibir, lidah dan rahang dalam suatu gerakan yang tersingkronisasi. Karenanya, sangatlah baik bagi bagi seorang penyanyi untuk dapat merasakan bahwa alat-alat pengucapannya memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam fase pengakhiran nada ini.


KESIMPULAN:

Fonasi merupakan proses yang sangat terkait dengan pernafasan. Sangatlah mungkin melakukan pernafasan tanpa melakukan fonasi, namun sangatlah mustahil untuk melakukan fonasi tanpa mendapat bantuan dari nafas.

Dalam fonasi yang ideal dan berimbang, kedua proses tersebut terkoordinasi sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan pitch dan tingkat dinamik yang diinginkan dengan hanya menggunakan usaha minimal dari mekanisme penunjang nafas.

Dengan kata lain, hanya dengan tekanan udara dan ketegangan pita suara yang sangat berimbang yang dapat menghasilkan vibrasi yang baik tanpa menimbulkan ketegangan yang tidak diperlukan ataupun inefisiensi nafas.

Tubuh penyanyi harus dilatih agar dapat berfungsi sebagai sebuah kesatuan, dibawah kendali pikiran, bukan sebagai kelompok yang terpisah-pisah yang dikendalikan secara lokal. Aksi yang terkoordinasi merupakan dasar bagi fonasi yang baik.

Kesalahan Yang Berhubungan Dengan Fonasi 

Kesalahan dalam fonasi diperkirakan berasal dari tidak berfungsinya mekanisme larynxpada saat penyanyi yang bersangkutan menggunakan “suara asli”-nya. Kesalahan pada fonasi dibagi menjadi dua jenis: hipofungsional dan hiperfungsional.

▪    Fonasi hipofungsional, merupakan proses fonasi yang gagal dalam memenuhi tuntutan aktivitas yang dibutuhkan oleh mekanisme larynx. Kesalahan ini sering terjadi pada penyanyi pemula, namun juga dapat disebabkan oleh sebab faktor penuaan usia pada penyanyi yang bersangkutan.

Kesalahan ini merupakan kesalahan yang paling banyak terjadi pada penyanyi. Penyebab utama dari kesalahan hipofungsional ini adalah tidak cukup tertutupnyaglottis pada pita suara secara baik. Dampak dari kesalahan ini adalah timbulnya suara yang bercampur dengan nafas, dimana aliran udara dapat dengan bebas mengalir keluar dari celah dari glottis yang tidak tertutup secara baik tersebut.

Pada saat pita suara tidak menutup dengan baik, tunjangan nafas akan mendorong udara yang “tidak terpakai” ini melalui celah pada glottis. Nafas yang terbung percumai sama dengan nada yang terbuang percuma, dan hal ini harus dihindari. Udara yang terbuang percuma juga menyebabkan lemahnya pengendalian nafas. Sebuah ban dengan pentil yang rusak akan cepat sekali kempes, seorang penyanyi yang tidak mampu menutup celah glottisnya dengan baik akan cepat sekali kehabisan nafas.

Seorang pakar vokal terkenal, Van A. Christy menyatakan, “Efficient tone is basic for efficient breath control” (nada yang efisien merupakan dasar bagi pengendalian nafas yang efisien). Dalam konteks ini, nada yang efisien dan aksi pita suara yang efisien merupakan hal yang sinonim).

Prosedur terbaik bagi perbaikan suara yang bercampur nafas adalah melatih pita suara agar dapat menutup dengan baik. Cara ini tidaklah mudah karena kita tidak memiliki kendali langsung terhadap pita suara. Tidak mungkin kita dapat memerintahinterarytenoid dan otot-otot lateral cricoaritenoid untuk menutup glottis secara langsung. Aksi ini harus dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan pola-pola pemikiran tertentu serta aksi refleks yang terkondisi dengan baik. Sebagai contoh, berpikir untuk melakukan fase awal menguap akan menyebabkan merenggangnya jarak kedua pita suara. Sebaliknya, berfikir untuk melakukan fase awal bersenandung akan membuat pita suara merapat dan menutup celah glottis. Lakukanlah percobaan berikut ini:

Hiruplah nafas dalam dengan nyaman dan berfikirlah untuk bersenandung. Anda akan merasakan bahwa mulut dan pita suara anda menutup untuk mempersiapkan aksi bersenandung tersebut (Jika anda menarik otot perut dengan kuat, anda akan merasakan bahwa pita suara anda menahan nafas yang akan keluar).

Pada saat anda mulai bersenandung, rapatkan gigi anda kuat-kuat dan cobalah untuk merasakan adanya getaran berdengung pada langit-langit mulut anda. Aksi bersenandung seperti ini terkadang menghasilkan kualitas bunyi suara yang kurang baik, yaitu suara yang terdengar bercampur nafas.

Kini cobalah bersenandung dengan mulut yang tetap tertutup sambil memisahkan gigi anda dengan cara menurunkan rahang bawah anda perlahan-lahan. Cobalah untuk mempertahan-kan getaran pada langit-langit selama mungkin. Aksi bersenandung jenis ini akan menimbulkan perasaan rileks dan akan menghasilkan kualitas bunyi suara yang lebih baik dibandingkan cara yang pertama. Dengan cara ini suara anda tidak akan bercampur dengan nafas jika dihasilkan dengan cara yang benar.

Cara lain untuk menutup pita suara dengan benar adalah dengan meminta siswa untuk menambah energi pada saat tengah bernyanyi. Pada kebanyakan penyanyi yang kurang berpengalaman, pita suara tidak menutup dengan sempurna karena tubuh tidak cukup bekerja keras dalam menghasilkan suara yang baik. Berikut ini merupakan beberapa penyebab dari kurangnya kerja tubuh dalam menghasilkan suara yang baik:
1.       Postur yang buruk;
2.       Pernafasan yang dangkal;
3.       Kurang baiknya fase penahanan nafas;
4.       Bernyanyi terlalu lembut (kesalahan konsep tentang kekuatan suara);
5.       Meniru model suara dari penyanyi yang buruk;
6.       Kegagalan dalam mengenali kualitas suara yang baik;
7.       Jarang terlibat dalam kegiatan bermusik.

Masalah yang berhubungan dengan suara mendesah bukan berasal dari kurangnya penggunaan energi dalam menyanyi. Hal ini dapat diperbaiki dengan beberapa cara. Salah satunya dengan cara meminta siswa untuk menyanyi lebih keras dari biasanya.

Bersamaan dengan itu, mintalah siswa untuk melakukan gerak mengangkat secara lembut, seperti berpura-pura akan mengangkat sesuatu benda yang agak berat seperti buku tebal, yang diangkat oleh salah satu lengan dari batas pinggang ke atas. Dalam aksi ini, pita suara akan cendrung menutup untuk menunjang gerakan lengan. Jangan mengangkat benda yang terlalu berat karena epiglottis dan kerah larynx(larygeal collar) akan cendrung untuk menutup sehingga menyulitkan proses fonasi.

Pendekatan lain adalah dengan mengimitasi cara menyanyi seorang penyanyi opera, atau menyanyi dengan cara “dilebih-lebihkan”. Dengan cara ini diharapkan siswa yang bersangkutan dapat memproduksi suara yang lebih hidup dan bulat.

Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan membentuk postur dan kebiasaan bernafas yang baik bagi siswa yang bersangkutan, atau dengan membuat siswa yang menyadari fungsi dari mekanisme penunjang nafas. Caranya adalah dengan menirukan cara tertawa Santa Claus (Ho, ho, ho), atau meneriakkan kata panggilan seperti, “Hai”, atau dapat juga dengan meminta siswa menyanyi dengan keras seperti jika ia mencoba untuk menyanyi untuk penonton yang berada dibarisan belakang.

Masalah yang berhubungan dengan kurangnya keterlibatan siswa yang bersangkutan dalam musik dapat ditanggulangi dengan memilihkan lagu-lagu yang dapat direspon secara cepat. Mintalah siswa untuk menghafal syair dalam lagu dan kemudian mengucapkannya secara ekspresif. Cara memberikan sebuah interpretasi terhadap lagu yang bersangkutan dapat dengan cepat memberikan respon yang ekspresif. Cara lainnya adalah dengan memperdengarkan rekaman suara penyanyi dengan lagu yang sama atau serupa. Semua siswa diharuskan memiliki model suara yang ideal, hal ini akan lebih cepat dicapai dengan cara banyak mendengarkan rekaman penyanyi-penyanyi yang ahli.

Huruf hidup dan konsonan dapat pula digunakan untuk menghilangkan suara mendesah. Huruf hidup yang bersifat frontal (seperti [i], dan [e]) memiliki sifat tegas dalam produksinya dibanding dengan huruf hidup lainnya. Karenanya, huruf-huruf hidup diatas sangat kondusif untuk menghilangkan suara yang mendesah.

Untuk langkah pertama, berikan siswa latihan vokalisi dengan menggunakan huruf hidup frontal, jika suara mendesah masih terdengar, mintalah ia untuk merapatkan giginya saat melakukan vokalisi tersebut. Posisi rahang yang tertutup rapat ini sebenarnya tidak dianjurkan dalam dalam menyanyi, namun sebagai jalan “jalan pintas” aksi ini dapat memperkuat aksi larynx untuk menghasilkan suara yang terbebas dari desahan nafas. Aksi ini harus dihentikan segera setelah siswa yang bersangkutan telah dapat menghasilkan suara tanpa desah dengan posisi rahang yang rileks.

Cara lain untuk menghilangkan suara mendesah adalah dengan menggunakan huruf-huruf konsonan nasal seperti: [m], [n], dan [ŋ] yang dikombinasi dengan konsonan yang memerlukan aksi bibir dan/atau lidah yang kuat. Cobalah vokalisi lima buah nada (do, re, mi, fa, sol) secara naik dan turun dengan menggunakan kata seperti: “ding, ding, ding, ding, ding; bum, bum, bum, bum, bum; no, no, no, no, no; wing, wing, wing, wing, wing, ting, ting, ting, ting, ting, dan kata-kata sejenisnya.

Salah satu atau beberapa dari kata tersebut dapat digunakan sebagai pengganti salah satu kata yang terdapat di dalam lagu. Tingkat efektifitas penggunaan berbagai konsonan diatas akan sangat bervariasi bagi setiap siswa, sangatlah disarankan untuk mencoba beberapa dari kata diatas. Menurut pengalaman, kata, “ding” lebih sering memberikan hasil yang memuaskan.

Salah satu masalah dalam memperbaiki suara yang mendesah adalah bahwa kebanyakan siswa tidak menyadari akan hal tersebut. Suara seperti ini sudah dianggap sebagai bagian dari suara alaminya, dan bukan dianggap sebagai bunyi nafas. Anda dapat memberitahukannya dengan cara merekam suaranya dengan menggunakantape recorder dan terus memantau kemajuan yang dicapainya, jika hal ini tidak dilakukan, siswa yang bersangkutan akan tetap kembali pada kebiasaan buruknya.

Permasalahan lain yang harus diwaspadai adalah bahwa penyebab suara mendesah adalah adanya faktor akil balig pada siswa yang bersangkutan. Ini adalah periode dimana otot-otot interarytenoid tidak dapat atau tidak menutup glottis dengan rapat. Akibatnya terdapat sebuah celah diantara vocal process pada tulang rawan arytenoid. Celah ini sangat umum terjadi pada suara remaja yang mengalami akil balig dan dikenal dengan sebutan mutational chink (celah mutasional).

Meskipun siswa yang bersangkutan memiliki celah seperti ini, ia masih dapat mengurangi jumlah nafas yang keluar melalui celah tersebut. Anda dapat melakukan perbaikan pada jenis suara seperti ini dengan menggunakan seluruh metode yang telah dijelaskan sebelumnya, namun tetap dengan mengedepankan kehati-hatian. Dalam masalah ini William Vennard menyatakan, “Young singers should not be driven to eliminate this breathiness impatiently”(Untuk para penyanyi muda, proses penghilangan suara mendesah ini jangan dilakukan dengan tergesa-gesa). Suara seperti ini akan hilang dengan sendirinya jika proses perubahan suara dalam dirinya telah berakhir.

Jika semua metode yang telah dilakukan tidak membawa hasil, masih terdapat satu cara lagi yang dapat ditempuh. Cara yang satu ini tergolong ekstrim, yaitu dengan meminta siswa yang bersangkutan untuk membuat suara yang tercekik atau tegang. Karena banyak metode yang digunakan tidak membuahkan hasil, maka anda harus melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan ketegangan yang cukup untuk dapat menutup pita suaranya dengan baik. Pada kenyataannya, cara ini mengandung resiko cidera yang besar karena adanya ketegangan yang berlebihan pada saat bersuara, dan cara ini juga bukan dimaksudkan untuk menggantikan suatu kebiasaan buruk dalam menyanyi dengan kebiasaan buruk lainnya. Namun demikian, seseorang yang memiliki suara mendesah secara terus-menerus akan jarang sekali mengalami cidera saat pertama kali mencoba untuk menggunakan suara yang tercekik; biasanya mereka akan cendrung mendekati situasi suara yang berimbang ketimbang suara yang tercekik. Saran berikutnya yang mungkin akan berhasil adalah meminta siswa yang bersangkutan untuk menirukan gaya penyanyi country dengan “youdel”-nya. Pendekatan-pendekatan yang memacu ketegangan seperti diatas tidak dimaksudkan untuk dipergunakan dalam jangka waktu yang lama dan harus segera diakhiri begitu siswa yang bersangkutan telah mengalami kemajuan dalam suaranya.



Rangkuman Prosedur Perbaikan Untuk Jenis Suara Mendesah (Hipofungsional)

1.  Bersenandung (dengan vibrasi pada langit-langit mulut);
2.  Menggunakan energi yang lebih besar dengan cara menyanyi lebih keras;
3.  Menggunakan energi yang lebih besar dengan latihan mengangkat beban;
4.  Menirukan gaya penyanyi opera;
5.  Menanamkan kebiasaan berpostur dan bernafas yang baik;
6.  Mengaktifkan mekanisme penunjang nafas dengan melakukan latihan-latihan;
7.  Menyanyi untuk barisan penonton paling belakang dari auditorium;
8.  Memiliki keterlibatan yang kuat dalam musik;
9.   Membentuk suara yang ideal dengan cara mendengarkan penyanyi-penyanyi yang baik;
10. Melakukan vokalisi dengan menggunakan huruf hidup frontal;
11. Melakukan vokalisi dengan menggunakan konsonan nasal;
12. Menirukan suara tercekik.

▪  Suara Desah yang Dipaksakan.   
 Dalam permasalahan suara yang mengandung nafas (breathy voice) terdapat sebuah jenis masalah yang memerlukan penjelasan khusus karena adanya faktor-faktor yang komplikatif didalamnya, jenis ini dikenal dengan suara desah yang dipaksakan.

     Komplikasi yang terdapat didalam masalah jenis ini berasal dari rendahnya fungsi mekanisme pada larynx yang diikuti dengan rendahnya fungsi mekanisme penunjang nafas. Perbaikan yang ditujukan pada salah satu faktor dapat memperburuk faktor lainnya. Menarik otot-otot perut dapat menghasilkan tekanan udara yang besar padalarynx karena pita suara tidak menutup dengan baik sehingga udara akan menekan pita suara dengan derasnya. Pendekatan terbaik dalam memperbaiki jenis kesalahan seperti ini adalah melakukan pendekatan pada mekanisme penunjang nafas terlebih dahulu melalui metode-metode yang telah dijelaskan sebelumnya, barulah kemudian melakukan perbaikan pada proses fonasi yang mendesah dengan menggunakan metode yang terdapat pada daftar diatas. Hindari metode-metode yang mungkin akan mengakibatkan timbulnya tunjangan nafas yang berlebihan seperti pada nomer 2, 3, 4, 6, 7, dan 8.

▪  Fonasi Hiperfungsional,
Fonasi hiperfungsional dapat didefinisikan sebagai: terdapatnya aksi fonasi yang berlebihan pada mekanisme larynx sehingga menyebabkan suara yang terdengar tegang, keras dan serak.

Penyebab utama dari masalah ini adalah adanya ketegangan yang berlebihan didalam pita suara yang terkadang berasal dari ketegangan pada otot-otot larynx dan daerah sekitarnya. Jika suatu proses fonasi disertai dengan tunjangan nafas yang bersifat hiperfungsional, suara yang dihasilkan akan terdengar parau, melengking, serak, kasar, tertarik bahkan tercekik.

Jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama atau dilakukan secara ekstrim, fonasi hiperfungsional dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan yang kemungkinan memerlukan perawatan secara medis. Banyak penyanyi yang tidak menyadari bahwa pada dasarnya kesalahan yang dideritanya termasuk dalam apa yang dalam bidang vokal disebut sebagai “vocal cripples” atau kecacatan vokal, sehingga penyanyi yang bersangkutan bantuan seorang dokter spesialis THT untuk memperbaiki masalah dalam organ menyanyinya.

Sangat disarankan bagi setiap guru vokal untuk dapat mengenali gejala-gejala dari apa yang sering disebut sebagai, “vocal abuse” (penyalahgunaan suara) atau “vocal misuse” (kesalahan dalam menggunakan suara), sehingga dapat dengan segera memberikan saran pada siswa yang bersangkutan untuk berkonsultasi pada dokter ahli THT.

Dalam masalah ini mungkin saja siswa tidak mengalami kesalahan yang bersifat organik atau kesalahan yang mengakibatkan konsekuensi serius, karena instrumen vokal manusia pada dasarnya sangat tahan menghadapi berbagai macam penyalahgunaan suara yang dibebankan kepadanya. Namun begitu, tetap saja diperlukan saran dari seorang dokter ahli. Semakin dini pencegahan dapat dilakukan, semakin besar kemungkinan untuk memperbaikinya. Dalam situasi seperti ini, pertolongan seorang guru sangat dibutuhkan dalam mengajarkan siswa yang bersangkutan mengenai pembentukan kebiasaan bernyanyi yang baik sehingga problem yang terjadi dapat diperbaiki sesegera mungkin.

Gejala yang sering terjadi pada kesalahan dalam penggunaan suara adalah terdengarnya keserakan pada suara. Morton Cooper menyatakan bahwa keserakan merupakan kualitas yang paling sering ditemui dalam vokal klinis. Keserakan merupakan fenomena yang umum ditemui, namun tidak memiliki gejala yang spesifik. Penyebabnya dapat berhubungan dengan alergi, infeksi karena virus,laryngitis, pertumbuhan pita suara, pengobatan, perubahan temperatur, sinusitis, polusi udara, kesalahan dalam penggunaan suara dan banyak lagi lainnya.

Penyebab dari keserakan hanya dapat ditentukan oleh seorang dokter yang ahli, namun seorang guru vokal harus dapat mengenali bahwa keserakan yang terjadi pada suara siswanya merupakan sebuah tanda bahaya dan dapat memperingati siswa yang bersangkutan. Jika keserakan terjadi dalam jangka waktu yang lama, terjadi hampir disetiap kali siswa yang bersangkutan menyanyi dalam jangka waktu yang agak lama, atau terdapat keserakan dalam suara berbicaranya, nasihat terbaik bagi siswa tersebut adalah segera mendatangi seorang laryngologis.

Gejala umum lainnya dari kesalahan dalam penggunaan suara adalah menyempitnya wilayah nada setelah penyanyi yang bersangkutan menyanyi untuk beberapa menit. Hal ini sering terjadi pada penyanyi yang memiliki wilayah nada yang cukup luas (biasanya penyanyi yang bersangkutan kehilangan nada-nada tertingginya, nada-nada terendahnya atau kedua-duanya). Tapi hal ini dapat juga terjadi pada nada-nada tengah, terutama pada wanita. Ini merupakan suatu indikasi dari terlalu banyaknya ketegangan sehingga suara mulai kehilangan fungsi normalnya jika digunakan dalam jangka waktu tertentu.

Suara yang dihasilkan dengan baik akan mempunyai daya tahan yang baik. Tidak pernah ada kondisi yang disebut sebagai “overuse” (penggunaan suara secara berlebihan) dalam berbicara, jika suara berbicara digunakan secara benar. Kutipan dari West, Ansberry dan Carr menyatakan, “No amount of vigorous vocalization can damage the edges of the vocal folds if the voice is properly used”(Vokalisi yang dilakukan dengan sering tidak dapat merusak tepi pita suara jika suara digunakan dengan benar). Ia mengidentifikasikan kesalahan dalam penggunaan suara sebagai kurangnya pengetahuan mengenai menyanyi dengan baik, kurangnya pelatihan vokal yang baik, buruknya model vokal yang dimiliki, kesulitan emosi, dan/atau masalah-masalah psikologis. Jika seorang penyanyi sering kehilangan wilayah nadanya, atau bahkan kehilangan suaranya setelah menyanyi, itu merupakan sebuah indikasi kuat bahwa penyanyi tersebut kurang mendalami pengetahuan dan/atau teknik vokal. Penyanyi seperti ini sangat membutuhkan seorang guru yang kompeten dibidangnya.

Gejala yang sering ditemukan dalam proses fonasi yang tertekan adalah terbatasnya atau tidak terdapatnya vibrasi – sering disebut sebagai “nada lurus”. Tidak adanyavibrato pada suara disebabkan oleh larynx yang mengalami ketegangan.

Beberapa faktor yang menjadi kontributor pada fonasi hiperfungsional dan yang berhubungan dengan masalah-masalah vokal adalah:

  1. Menyanyi dalam klasifikasi suara yang salah, terutama pada tesitura yang terlalu tinggi;
  2. Berbicara dibawah atau diatas tingkat nada yang optimal;
  3. Menyanyi atau berbicara pada lingkungan yang ramai;
  4. Kebiasaan menyanyi atau berbicara terlalu keras atau dengan menggunakan kekuatan yang terlalu besar;
  5. Menjerit, berteriak atau memekik;
  6. Memiliki konsep tunjangan nafas yang salah;
  7. Teknik pernafasan yang salah;
  8. Ketegangan dan kekakuan pada postur;
  9. Memiliki model suara yang salah;
  10. Ketegangan yang berasal dari masalah psikologis – rasa ketakutan, inferioritas, tidak aman, malu dan lain sebagainya.


Prosedur Perbaikan Untuk Fonasi Hiperfungsional. 

Tujuan utama dari prosedur perbaikan ini adalah menghilangkan ketegangan yang berlebihan pada larynx. Karenanya, prosedur perbaikan ini harus dilaksanakan dengan teknik-teknik rileksasi. Disarankan juga agar guru vokal dapat menciptakan suatu suasana kelas yang dapat membuat siswa merasa rileks, sebuah suasana yang didasari oleh pemahaman yang simpatik dan perhatian yang tulus dalam memenuhi kebutuhan siswa. Prosedur perbaikan dapat dimulai dengan menerapkan rileksasi pada tubuh siswa. Pada tahap ini anda dapat menerapkan teknik-teknik yang telah dijelaskan sebelumnya.

Langkah pertama ialah: melakukan latihan-latihan pelenturan dan peregangan seperti: memutarkan kepala, menganggukkan kepala, memutar bahu, menggunggangkan lengan dan tangan, latihan-latihan untuk melemaskan rahang, bibir, lidah dan lain sebagainya. Langkah kedua adalah: mengamati postur siswa, memeriksa dengan seksama kelurusan serta kesalahan-kesalahan yang ditimbulkan oleh adanya ketegangan pada postur.

Penyebab terjadinya ketegangan pada larynx biasanya disebabkan oleh pernafasan yang salah dan tunjangan nafas yang terlalu besar. Meskipun tampaknya pernafasan dan tunjangan nafas benar, guru harus tetap memeriksanya pada saat siswa yang bersangkutan menyanyi. Periksalah pengembangan yang terjadi pada bagian tengah tubuh siswa, pengaturan tunjangan nafas, dan cara mulai menyanyikan nada tanpa menarik bagian perut. Beberapa orang siswa mungkin dapat melakukan hal-hal tersebut pada saat ia tidak menyanyi, namun ia tetap akan memiliki kecendrungan untuk menghasilkan ketegangan pada saat ia menyanyikan nada-nada tinggi atau kalimat-kalimat panjang. Selalu terdapat godaan untuk menghirup nafas terlalu banyak dan menyimpannya didalam dada yang kesemuanya ini hanyalah merupakan suatu usaha yang sia-sia dalam menciptakan sistem penunjang nafas yang baik.

Membuat sebuah attack yang proporsional akan sulit dilakukan oleh orang yang memiliki ketegangan pada pita suara. Kecendrungan untuk memulai fonasi yang diiringi dengan letupan udara merupakan hasil dari glottis yang tertutup rapat dengan tekanan nafas yang meningkat sehingga pita suara terpisah secara kasar. Jenis attackseperti ini dikenal sebagai hard attack (attack yang kuat) atau tight attack (attack yang sempit), dan letupan udara yang menyertainya disebut sebagai glottal plosive (ledakan glottal) atau glottal attack (attack glottal). Attack yang keras merupakan sebuah gejala dari terdapatnya ketegangan pada larynx. Jika ketegangan ini terjadi telalu kuat, ia dapat merusak membran sensitif yang melindungi pita suara, serta menimbulkan ketegangan pada otot-otot larynx. Gesekan yang terjadi di vocal process pada saat tulang rawan-tulang rawan tengah berdekatan, serta ledakan glottal yang berulang-ulang dapat menghasilkan luka pada tulang-rawan tersebut. Vocal misuse dan vocal abuse merupakan faktor terbesar yang dapat menimbulkan terjadinya vocal nodules,polyps dan polypoid. Berdasarkan kenyataan inilah, maka seorang siswa haruslah terampil dalam menghasilkan suatu attack yang lembut dan berimbang.

Rahasia dari attack yang berimbang terletak pada adanya sinkronisasi antara tekanan nafas dengan penutupan glottis. Dalam attack yang sempit, pita suara berada dalam keadaan menutup terlebih dahulu baru kemudian tekanan nafas diaplikasikan. Dalamattack yang berimbang, nafas mengalir melalui pita suara sebelum pita suara mulai menutup. Dalam hal ini nafas dan pita suara beraksi secara simultan dalam menghasilkan suara yang bersih tanpa adanya ketegangan atau nafas yang terbuang percuma. Siswa harus selalu didorong agar terus berlatih menghasilkan attack yang lembut hingga pada akhirnya hal tersebut dapat menjadi suatu bagian yang aman dari teknik bernyanyinya.
Berikut ini adalah latihan rutin yang dirancang untuk tujuan tersebut:

Pertama, lakukan latihan rileksasi (seperti: memutar kepala, bahu dll.) untuk melemaskan otot-otot anda. Kemudian berdirilah di depan cermin dan perhatikan diri anda secara seksama apakah terlihat adanya tanda-tanda ketegangan pada tubuh anda. Sebelum anda mulai menghasilkan suara, ingatlah untuk selalu menghadirkan bayangan pitch, tingkat dinamik dan kualitas suara yang akan anda hasilkan terlebih dahulu. Kemudian hiruplah nafas dengan santai seperti yang anda lakukan pada saat awal menguap, kembangkan bagian tengah tubuh anda dan tahanlah nafas begitu paru-paru anda telah terasa penuh. Disaat anda akan memulai fonasi, biarkalah sistim penunjang nafas anda yang melakukannya dengan cara memulai nada hanya dengan memikirkan cara melakukannya. Berhati-hatilah untuk tidak menarik daerah perut anda secara sengaja. Sebutkan kata “wan” beberapa kali dengan memperpanjang konsonan “n” dan menyambungkannya dengan kata berikutnya secara tidak terputus. Pusatkan perhatian anda pada sensasi “getar” dari bunyi “n” dan sensasi suara yang dihasilkan setelah mengucapkan konsonan tersebut. Kemudian lakukan latihan tersebut kembali, namun kini tingkat nada menyanyi anda digantikan dengan tingkat nada berbicara. Jangan menarik bagian perut atau melakukan penekanan (aksen) pada setiap suku kata, biarkanlah setiap kata yang dihasilkan mengalir dan bersambung dan biarkan setiap “n” membawa nada suara anda ke kata berikutnya. Ulangi kembali latihan diatas dengan menggunakan kata “no, no, no” kemudian “ni, ni, ni” dan terakhir dengan menggunakan “nu, nu, nu”.

Guru harus selalu memonitor latihan ini hingga siswa dapat menghilangkan ketegangan pada larynxnya dan tidak mensuplai nafas terlalu banyak ke larynx. Mintalah siswa untuk membayangkan bahwa nada yang dihasilkannya dimulai di dalam kepalanya, bukan pada larynxnya. Cara ini akan membantunya untuk mengalihkan perhatian pada aktifitas larynx. Tekankan padanya tentang perlunya mempertahankan posisi awal menguap saat menyanyi, karena cara ini akan membantunya untuk menyanyi dengan rileks. Ini disebabkan karena larynx berada pada posisi terbaiknya pada saat menyanyi.

Huruf hidup (vokal) dan konsonan dapat digunakan untuk memperbaiki suara yang tercekik. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa huruf hidup frontal dapat digunakan untuk menghilangkan desahan nafas pada suara, sedangkan huruf-huruf belakang yang dihasilkan dengan memajukan bibir (seperti [o], dan [u]) merupakan huruf hidup yang memiliki ketegangan yang lebih kecil dibandingkan dengan huruf hidup frontal. Karenanya, huruf hidup jenis ini dapat digunakan untuk menghilangkan ketegangan pada daerah larynx. Kombinasi huruf hidup ini dengan aksi awal menguap merupakan aksi yang paling efektif untuk menghilangkan tensi padalarynx. Untuk mengurangi ketegangan pada rahang, serta untuk dapat menghasilkan suara yang bebas, mulailah menyanyikan huruf hidup ini dengan menggunakan bantuan konsonan “y” atau “m”, seperti: “yu”, “yu”, “yu”; “mu”, “mu”, “mu” dan lain sebagainya.

Indikator utama dari adanya ketegangan pada larynx adalah hilangnya vibrasi pada suara. Ketegangan ini hanya dapat dihilangkan jika anda telah dapat mengaplikasikan sistem penunjang nafas dengan baik. Dengan terbentuknya suatu sistem penunjang nafas yang baik, vibrasi pada suara akan muncul dengan sendirinya sebagai dampak yang positif. Jika anda vibrasi tidak juga muncul, maka anda harus menerapkan teknik-teknik khusus yang dapat digunakan untuk merangsang timbulnya vibrasi.

Pendekatan lain yang dapat anda gunakan untuk menghilangkan fonasi yang tercekik ini adalah dengan menggunakan penggunaan efek nafas untuk menghasilkan suara. Teknik ini diperkenalkan oleh William Vennard dengan cara meminta siswanya untuk memulai sebuah suara dengan konsonan [h] yang berlebihan dan diikuti dengan pengucapan huruf hidup secara tegas dan bersih. Cara memulai fonasi seperti ini harus kurangi secara bertahap, seiring dengan membaiknya cara attack siswa yang bersangkutan. Selanjutnya konsonan [h] hanya dilakukan secara imajinatif saja. Seorang ahli vokal, WilliamVennard sering menggunakan latihan yang ia dinamakan “tanda-menguap” untuk menunjang teknik ini. Caranya mudah, mintalah siswa mengeluh seperti pada saat mereka kelelahan. Dengan cara ini siswa akan mengalami tiga fase perubahan suara: dari suara yang tercekik, menjadi suara yang mengandung nafas dan pada akhirnya menjadi suara yang benar.


KESIMPULAN DARI PROSEDUR PERBAIKAN:

Bagi Fonasi Yang Tercekik (Hiperfungsional)
  1. Melakukan latihan rileksasi pada seluruh tubuh;Menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk menciptakan rasa nyaman dan percaya diri pada siswa;
  2. Membentuk postur yang baik dan kebiasaan bernafas yang baik, jika diperlukan;
  3. Mengurangi ketegangan yang berlebihan pada mekanisme penunjang nafas;
  4. Mempertahankan posisi awal menguap;
  5. Melakukan latihan-latihan untuk  menghasilkan attack yang berimbang dan halus;
  6. Membuat siswa mengerti akan jenis suara yang akan dicapai;
  7. Melakukan vokalisi dengan menggunakan huruf hidup dengan bibir menonjol kedepan (huruf hidup belakang);
  8. Melakukan vokalisi  dengan menggunakan konsonan yang dapat memantu membebaskan rahang;
  9. Dengan menggunakan efek desah nafas pada saat memulai fonasi.


(Disadur dari buku: "THE DIAGNOSIS & CORRECTION OF VOCAL FAULTS" - James C. McKinney) oleh Charles Nasution
sumber: http://magiccowsapiajaib.blogspot.com/

Dasar - dasar dalam bernyanyi

Kali ini saya mau menjelaskan kepada teman-teman yang ingin mengetahui apa itu vocal dan bagaimana cara melatih suara yang benar. Semua disini meliput dasar-dasarnya suara serta apa aja yang dinilai dari suara seorang penyanyi. Cerita ini saya kutip dari pelajaran yang pernah saya dapatkan dan juga berdasarkan pendapat dari para musisi yang berpengalaman.
Untuk menyajikan suara yang indah dalam bernyanyi, sebelumnya kita harus tahu beberapa tahapan yang harus dilatih, dibina, dan diasah secara teratur serta memerlukan disiplin yang tinggi, yaitu :
A. PERNAPASAN
B. MEMBENTUK SUARA
C. RESONANSI ( Menggemakan suara )
D. VOCAL & KONSONAN
E. INTONASI ( Menyanyikan nada dengan tepat )
F. ARTIKULASI ( Pengucapan yang benar & Jelas )
G. FRASERING ( Menyanyikan kalimat dengan utuh )
H. INTERPRETASI & EKSPRESI ( Memahami & Menjiwai nyanyian )
Tahapan yang diatas akan tersaji dalan satu kegiatan yaitu PENAMPILAN atauPEMENTASAN. PERNAPASAN
Ini adalah bagian utama dan terpenting dalam sebuah latihan vocal. Kalian tahu kenapa..? Karena nafas adalah penggerak utama dari suara. Kuatnya nafas dapat menimbulkan dan menciptakan getaran sebagai sumber dari pada “ Bunyi “. Dan nafas juga sebagai Vitamin yang paling ampuh untuk menyehatkan suara. Makanya pernafasan harus dilatih dengan baik dan teliti.
Dalam bernyanyi, kita mengenal 3 ( tiga ) jenis pernafasan. Masing – masing mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri.
1. Pernafasan Bahu
Yaitu pada saat mengambil / menarik nafas, dilakukan dengan mengangkat bahu untuk mengisi paru-paru. Cara seperti ini tidak begitu baik, karena nafas yang dihasilkan dangkal dan mengakibatkan kalimat jadi terputus-putus.
2. Pernafasan Dada
Yaitu dengan membusungkan dada pada saat menarik nafas untuk mengisi paru-paru. Cara seperti ini juga tidak begitu baik, karena jadi terkesan cepat lelah dan akibatnya suara jadi tidak stabil dan terputus-putus.

3. Pernapasan Diafragma

Lazim kita sebut dengan pernafasan rongga perut. Yaitu menarik / mengambil nafas untuk mengisi paru-paru dengan mengembangkan rongga perut atau diafragma, serta mengembangkan tulang rusuk. Cara inilah yang terbaik yang dilakukan untuk bernyanyi, karena akan menghasilkan nafas yang panjang, ringan, santai dan produksi suara lebih bermutu.
Dengan pernafasan diafargma penyanyi dapat leluasa dalam berekspresi karena tidak ada tekanan dan desakan dalam pernafasan.
GIMANA CARNYA MELATIH PERNAFASAN DALAM BERNYANYI?
Cape’ neh ngetiknya.. Gini aja, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melatih pernafasan ini, khususnya melatih “DIAFRAGMA” penyanyi, antara lain:

a. Dengan berdiri santai, badan lurus, sambil meletakkan ujung jempol jari di ujung tulang rusuk terbawah. Tariklah nafas melalui hidung dengan cara perlahan atau dengan cepat, dan rasakan bahwa jempol kamu tadi terdorong kesebelah luar, sebagai reaksi dari melonggarnya tulang iga.
Jika telah terasa penuh, kemudian nafas tadi dikeluarkan dalam bentuk senandung vocal “a” atau konsonan “s” ataupun dengan hitungan. Yang jelas bukan dengan cara mendorong, tapi mengeluarkan nafas sehemat mungkin.
Lakukan minimal 20x setiap hari atau setiap ada kesempatan buat latihan. Ini akan membuat otot-otot perut kamu menjadi semakin kokoh dan kuat.
b. Dengan posisi tidur terlentang lurus dan kedua tangan diletakkan sejajar dengan tubuh. Letakkan beberapabenda seperti buku diatas perut sebagai beban dan tariklah nafasseperti bagian “a” diatas serta rasakan bahwa beban diatas perut terangkat keatas, juga rasakan tulang rusuk ikut mendorongnya.
Jika telah terasa penuh, keluarkan lagi seperti yang “a” tadi dan lakukan minimal 20x sehari ato tambahan kapan aja kamu punya waktu buat latihan.
Latihan ini bisa membuat otot perut menjadi kokoh serta kita pun jadi santai untuk mengucapkan kalimat. Selain itu juga dapat merubah kebiasaan bernafas yang dilakukan dengan mengangkat bahu atau membusungkan dada.
Ada juga cara buat nguatin otot perut yaitu dengan tertawa terbahak bahak , sampai terasa klo perut tergoncang goncang. Tapi klo latihan ini harus dilakukan dengan sangat hati hati, karena nanti bisa dibilang orang gila (hehehe)
Pengambilan nafas pada saat memulai lagu atau awal kalimat lagu dapat dilakukan dengan menarik nafas melalui hidung dengan santai. Namun jika pada saat bernyanyi atau ditengah lagu sebaiknya dilakukan dengan singkat atau dengan mendengkus, seperti kita nyium aroma yang harum atau aroma makanan ( Hmmm Jadi laper neh.. ).
Pada pernafasan yang demikian, kita hanya mengembangkan pernafasan “alami” yang kita miliki, akan tetapi jika pernafasan alami “naik turunnya sama” sedangkan penyanyian itu “ menariknafas dengan cepat dan mengeluarkannya dengan sehemat mungkin” karena tujuan utama kita adalah menyelesaikan satu kalimat dalam satu tarikan nafas. Dengan demikian kalimat yang kita ucapkan /nyanyikan kedengaran indah dan bermutu, tidak tersendat-sendat.
Dah duluyah… ngetik ini aja 3 hari. Capek neh.. Dalam artikel berikutnya akan kita pelajari tentang MEMBENTUK SUARA dan bagaimana ProsesTerbentuknya Suara . Tunggu yah…

Malaikat dan Pengusaha

Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke, sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia roh seorang Malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya. Malaikat memulai pembicaraan, "Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!"

"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang ..." kata si pengusaha ini dengan yakinnya.

Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.

Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, "Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit."

Dengan lembut si Malaikat berkata, "aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi, rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu."

Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si Malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra-putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka.

Kata Malaikat, "Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua - itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu."

Kembali terlihat di mana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, "Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar di hadapanMu. Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah dan hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri." Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat.

Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini . . . timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami yang baik dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya, dan malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa tapi waktunya sudah terlambat! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang!

Dengan setengah bergumam dia bertanya, "Apakah di antara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"

Jawab si Malaikat, "Ada beberapa yang berdoa buatmu tapi mereka tidak tulus, bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini, itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik, bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah."

Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia, tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.

Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata, "Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu!! Kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00."

Dengan terheran-heran dan tidak percaya,si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.

"Bukankah itu Panti Asuhan?" kata si pengusaha pelan.

"Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri."

"Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU, setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu."

***

Sahabatku, cerita ini hanyalah sebuah gambaran agar kita lebih instropeksi diri. Saya membayangkan ketika diri saya mati nanti, apakah orang disekeliling saya akan kehilangan, atau sebaliknya mereka mengabaikan atas kematian saya, atau yang paling parah apakah mereka bersyukur malah?

Ah.. mumpung kita masih diberi umur, lakukanlah yang terbaik untuk orang2 disekitar kita, kaena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya.

Dan satu lagi, janganlah engkau meremehkan sedekah, sesuai cerita diatas, justru sedekahnya yang menyelamatkan pengusaha tersebut...


source: epolisma.blogspot.com

3 Orang Tamu

Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah dari perjalanannya keluar rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua.

Wanita itu berkata dengan senyumnya yang khas: “Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti orang baik-baik yang sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut”.

Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, “Apakah suamimu sudah pulang?”

Wanita itu menjawab, “Belum, dia sedang keluar”.

“Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali”, kata pria itu.

Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, “Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini”.

Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam.

“Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama” , kata pria itu hampir bersamaan.

“Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran.

Salah seseorang pria itu berkata, “Nama dia Kekayaan,” katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut disebelahnya, “sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya.

Sedangkan aku sendiri bernama Kasih-Sayang.
Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk kerumahmu.”

Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran. “Ohho…menyenangka n sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan.”

Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, “sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita.”

Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. “Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Kasih-sayang yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Kasih-sayang. ”

Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. “Baiklah, ajak masuk si Kasih-sayang ini ke dalam. Dan malam ini, Si Kasih-sayang menjadi teman santap malam kita.”

Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. “Siapa diantara Anda yang bernama Kasih-sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini.”

Si Kasih-sayang berdiri, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho.. ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan.

“Aku hanya mengundang si Kasih-sayang yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?”

Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. “Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Kasih-sayang, maka, kemana pun

Kasih sayang pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Kasih-sayang, maka kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta. Dan hanya si Kasih-sayang yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini.”

(Author Unknown)

Lima Anak Haram Sang Pelacur

Ada pelacur bernama Sekulerisme.

Prinsip hidupnya: jangan bawa-bawa agama ke ruang publik.
Dia adalah anak brokenhome dari perselingkuhan kekuasaan negara dan kekuasaan agama.
(* andaikata negara/umara dan agama/ulama ini “nikah” baik-baik, tentu gak begini jadinya *).
Karena itu tak heran Sekulerisme kemudian memiliki lima anak haram.

Anak pertama bernama Liberalisme.
Prinsip hidupnya: biarkan semua bebas bicara, bebas berperilaku, bebas berkeyakinan/beragama dan bebas dalam memilih cara memiliki sesuatu, selama tidak mengganggu kebebasan orang lain. Karena itu, Liberalisme tidak menghalangi orang untuk memeluk agama – apapun agamanya, bahkan mereka yang membuat agama barupun harus dihormati.  Belakangan Liberalisme juga melahirkan anak haram: yaitu Permisivisme..
Anak kedua bernama Pluralisme.
Prinsip hidupnya: ruang publik jangan didominasi salah satu kelompok / paham tertentu saja.  biarkan semua terlibat. pembangunan akan lebih cepat kalau energi kesalehan disinergikan dengan energi setan.  Karena itu, Pluralisme memandang, setiap kelompok harus terwakili dan didengar suaranya dalam membuat kebijakan publik, termasuk kelompok pekerja seks komersial, kelompok pengedar narkoba, ataupun kelompok keluarga terpidana korupsi.
Belakangan Pluralisme juga melahirkan anak haram: yaitu Sinkretisme agama.
Anak ketiga bernama Demokrasi.
Prinsip hidupnya: dari, oleh dan untuk rakyat.
Kedaulatan hukum itu ada pada rakyat, sehingga penguasa wajib menjalankan keinginan rakyat.  Kekuasaan ditentukan dengan pemilu yang bebas oleh rakyat, ini ditandai dengan kebebasan pers, kebebasan berserikat (berpartai) dan kebebasan pemilu yang jujur dan adil.  Demokrasi memandang kalau mayoritas rakyat menginginkan de-kriminalisasi narkoba, maka bisa dibuat Undang-Undang yang lebih ramah terhadap narkoba.  Demikian juga kalau mayoritas rakyat memandang legalisasi profesi pekerja seks atau legalisasi profesi rentenir sebagai hal yang lebih bermanfaat, maka akan keluar pula hukum yang memayunginya.  Satu-satunya yang dianggap benar adalah keinginan rakyat, hari ini, di negeri ini.  Karena itu Demokrasi kadang menelurkan keputusan yang kontradiktif, yaitu secara langsung atau tak langsung bisa menghancurkan masa depannya sendiri, atau rakyat / lingkungan negeri lain.  Tak heran belakangan Demokrasi melahirkan anak-anak haram: yaitu “kepentingan nasional” (Nasionalisme) – dan Chauvinisme.
Anak keempat bernama Kapitalisme. 
Prinsip hidupnya: biarkan tangan-tangan gaib kekuatan pasar mengatur dirinya sendiri, bagaimana distribusi barang dan jasa yang paling optimal untuk kebahagian semua orang. Hasilnya, semua bisa didapatkan bagi yang punya uang.  Anak keempat ini cukup dominan dalam keluarga, karena dialah penopang utama kakak-kakaknya.  Dia royal memberi “uang jajan” atau “uang lelah” ke aktivis pro Liberalisme, juga rajin pasang iklan ke media massa pro Pluralisme, dan tentu saja memberi “modal” untuk membesarkan partai, membiayainya dalam kampanye,  melobby para politisi pesaing dan kaum intelektual, hingga “money politik” untuk calon pemilihnya dalam pemilu.  Semua tentu saja dipandang sebagai investasi, tidak gratis.  Kapitalisme ini akan meminta pengembalian “plus bunga” dalam bentuk peraturan perundangan yang akan menjamin bahwa mereka semakin kaya, misalnya sistem ribawi, sistem uang fiat, sistem pasar saham sekunder, sistem hak konsesi atas sumber daya alam, sistem monopoli kekayaan intelektual, dan sebagainya.
Kapitalisme memiliki anak-anak haram: Materialisme dan Hedonisme, yang merasa bahwa tolok ukur kebahagian di dunia diukur dengan materi, dan hidup harus dipuas-puaskan dengan kenikmatan dunia..
Anak kelima bernama Imperialisme.
Prinsip hidupnya: Gold, Gospel & Glory.  Di manapun, kekayaannya harus kita kuasai; referensi hidupnya harus referensi kita; dan kita harus dihormati atau bahkan diagungkan.  Karena prinsipnya ini, maka Imperialisme mengekspor tak cuma produk maupun jasa, tetapi juga falsafah hidup, hukum yang menjadi rujukan halal/haram, bahkan nilai-nilai etika dan estetika (film, food, fun, fashion). Pada masa dulu, imperialisme dilakukan secara militer, tetapi sekarang lebih kuat karena dibentengi hutang dan aturan dagang, mata uang internasional, hukum internasional, dsb.  Imperialisme memiliki anak haram yaitu Globalisasi.

Lima anak ini kini telah merantau.  Terkadang dua atau tiga bersaudara bertemu di suatu negeri, dan bahkan melakukan selingkuh sedarah (incest).   Hasilnya tentu berbeda dengan yang hanya di kandang sendiri …  Apalagi kalau terus ikut tobat dan ngaji nyantri …
Merasa kenal?


source: www.eramuslim.com

*Prof. Dr.-Ing. Fahmi Amhar
Geospatial Information Agency (former Bakosurtanal)
Jl. Raya Jakarta-Bogor Km. 46  Cibinong – INDONESIA