Mo Chuisle Mo Chroí

"Mo Chuisle Mo Chroí"

Bagi sang jiwa yang memeluk jiwaku
Bagi hati yang mencurahkan rahasia-rahasianya pada hatiku,
dan Bagi tangan yang menyalakan api emosiku,
Aku persembahkan catatan kecil ini....


Tlah kutemukan seorang wanita dan kini ku ketahui alasan kedatanganku ke dunia ini.
Bidadari suci yang ku semayamkan di surga jiwaku, dia adalah harapan yang membuka mataku di hadapan kedahsyatan keabadian.
Dia adalah damai yang  tak pernah letih merajut asaku dengan lentik jemarinya.
Dia adalah sebait puisi yang terucap di kala senja menutup cakrawala sore itu  di dengungi gemerincing dedaunan yang bergoyang terhempas semilir angin. Mengalun indah membawaku terbang menuju alam bawah sadarku.
Di sana pertama kali kulihat dia, Aku melihatnya di balik kesunyian, wajahnya yang serupa fajar hangat menyapa nuraniku yang letih terisolasi gelapnya malam,senyumnya yang terukir manis binasakan semua resah di jiwa. Dia adalah bahasa yang lebih manis dari bisikan embun pagi yang membasuh dedaunan tandus di pagi hari.
Dia mengajarkan mataku untuk melihat,bibirku untuk bicara dan telingaku untuk mendengar.
Dia mengajarkan hatiku untuk membenci sesuatu yang dicintai oleh orang lain dan mencintai sesuatu yang  dibenci oleh orang lain.
 Dia adalah semangat,harapan hidupku,pelita hatiku. Dia yang membuatku mengerti akan makna kehidupan ini, kehidupan yang penuh dengan kemunafikan dan topeng para pendusta.

Namun hari itu ku temukan dia diantara bentangan luka,wajahnya yang dulu cerah kini tampak mendung menyembunyikan derita,bagai malam yang menyembunyikan siang. Ku tatap matanya yang dulu bercahaya seperti bintang yang sinarnya terang namun tak menyilaukan kini berubah menjadi kelam,gelap tak berujung. Aroma kepedihan begitu kuat menusuk hidung,sangat pekat hingga tak dapat lagi ku bedakan mana tangis dan mana tawa. Airmata telah mendudukkan bayangannya pada dahi yang kemarin ceria.
Ku coba bertanya, namun bahasanya adalah bisu dan airmata. Ku rangkul tubuhnya, namun kesedihan telah lebih dulu memeluk jiwanya.
Ingin rasanya kubunuh derita itu,dan menggantinya dengan sebuah senyuman indah yang kemarin sejukkanku,namun pekatnya luka yang menganga telah membunuh jiwanya.
Begitu dalam luka itu menghujam hingga tak kulihat lagi canda dan tawa yang biasa iringi jalan yang kita daki.

Hari ini kuberanikan diri untuk ungkapkan sebuah hiba padanya,di penghujung malam yang sunyi diantara redupnya cahaya rembulan.

Kokohlah karena ganasnya ombak takkan mampu robohkan karang.
Tegarlah karena sang fajar akan binasakan gelapnya malam.

Tersenyumlah seperti burung yang terbang bebas di udara,tinggalkan semua kegelisahan dan sambut sang mentari dengan nyanyian tentang surga.
Tersenyumlah karena senyummu adalah bahagia untukku.
Tersenyumlah karena aku ingin engkau tersenyum pada hari ini,hari dimana semuanya berawal dan tak ingin ku akhiri.
 Tersenyumlah karena hari ini akan kurangkul sepimu dan kuteguk panas airmatamu.
Tersenyumlah karena hari ini kan kudekap hangatnya cintamu bersama taburan mimpi-mimpi yang akan menuntun jalan kita menuju cahaya kedamaian yang abadi,untuk merasakan manisnya roda kehidupan dan merasakan pahitnya nafas penderitaan bersama-sama.

Jangan pernah gundah akan segala rintangan yang menerpa,karena tak ada yang lebih mulia dari cinta dan kasih sayang.
Jangan pernah terbersit dihatimu tuk ragukan kesetiaan yang kuberi,
Takdir telah menyatukan kita.

Wanitaku, terimakasih atas cintamu.Seberkas harapan penyejuk jiwa yang tawarkan surga meskipun di dalam neraka.


-Dedicated to mo chuishle-
created by : uhe "insane" ababil
(mohamad radjab cliemarcell)

No comments:

Post a Comment

Hatur nuhun ka sadayana nu tos comment..